Kejar Target 100 Ribu Penempatan Pekerja Migran ke Jepang, Begini Strategi Kemnaker
jpnn.com, TOKYO - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) gencar mempersiapkan strategi untuk mencapai target penempatan 100 ribu pekerja migran Indonesia di Jepang melalui skema Specified Skilled Worker (SSW) dalam lima tahun ke depan.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya Kemnaker memaksimalkan bonus demografi Indonesia.
"Target kami jelas, yaitu menempatkan 100 ribu pekerja migran di Jepang melalui skema SSW. Ini bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga tentang kualitas tenaga kerja yang siap bersaing di pasar global," kata Sekretaris Jenderal Kemnaker Anwar Sanusi saat membuka acara Business Meeting Jepang di Izumi Garden Tower, Tokyo, Rabu (3/9).
Untuk mencapai target tersebut, kata Sekjen Anwar, Kemnaker mengembangkan skema penempatan private to private (P to P) yang memperkuat kerja sama antara perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia (P3MI) dengan perusahaan penerima di Jepang.
Selain itu, peningkatan kapasitas SDM melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) juga menjadi prioritas.
"Kami juga memperluas jaringan kerja sama dengan pemerintah daerah di Jepang, seperti Prefektur Miyagi, dan berharap ini dapat diterapkan di prefektur lainnya," tambah Sekjen Anwar.
Kemnaker juga telah mendirikan Pusat Pasar Kerja untuk mengoordinasikan permintaan dan penawaran tenaga kerja.
"Ini adalah bagian dari visi kami menuju Indonesia Emas 2045, dengan SDM yang berdaya saing dan produktif," jelasnya.
Sekjen Anwar Sanusi mengungkap strategi Kemnaker mengejar target 100 ribu penempatan pekerja migran Indonesia ke Jepang
- Menteri P2MI Dorong Peningkatan Skill PMI untuk Tekan Eksploitasi
- Terjadi Kecelakaan Kerja Berulang, Wamenaker Tinjau Smelter IMIP
- Pengiriman TKI Ilegal ke Malaysia Terbongkar, Satu Tersangka Ditangkap Polres Dumai
- Banten Investment Forum 2024: Tawarkan Peluang Investasi di 4 Klaster Sektoral
- Lepas 429 PMI ke Korsel, Kepala BP2MI: Saya Titip Jaga Negara Ini
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia